Pemuda-bangsa - Awal periode 1980an, kejahatan merajalela di Kota-Kota
Besar di Indonesia. Para preman tak takut lagi memeras, membunuh dan memperkosa.
Warga ketakutan dan tak berdaya menghadapi para preman itu.
Kota Bandung salah satunya. Para preman dengan enaknya
meminta uang di pasar dan terminal.
Namun tiba-tiba, mayat-mayat ditemukan bergelimpangan.
Sebagian ditembak di kepala. Sebagian ditemukan dengan mata melotot karena
tewas dengan leher terjerat. Mayat-mayat itu tak disembunyikan. Sengaja dibuang
di tengah keramaian supaya orang-orang lihat.
Warga mengenali orang-orang ini sebagai preman dan penjahat
yang bikin resah. Menyebarlah teror itu. Para eksekutor disebut Petrus atau
Penembak Misterius, sementara korbannya disebut Matius atau Mati Misterius.
Bisik-bisik terdengar di seantero Kota. Pria-pria berbadan
tegap naik jip menjemput paksa satu demi satu targetnya. Yang naik ke jip itu
dipastikan mati. Sampai-sampai jip kanvas identik dengan operasi Petrus.
Para preman dan penjahat ketakutan. Ada yang lari sampai
masuk hutan menghindari kejaran petrus. Baru berani kembali beberapa tahun
kemudian.
"Orang-orang bertato ketakutan. Dulu pemilik tato
dianggap sebagai penjahat. Banyak yang menyetrika kulit mereka supaya tatonya
hilang. Sakit sekali memang, tapi daripada mati dijerat Petrus," kata seorang
warga Bandung yang dulu sempat merasakan era Petrus.
Hendra (60) mengakui setelah Petrus beraksi, Terminal Kebon
Kalapa yang dulu penuh preman benar-benar sepi. Entah kemana perginya semua
preman itu.
"Saya ingat dulu ada perempuan botak ditato hampir
diseluruh tubuh. Setelah ramai-ramai petrus, tak pernah terlihat lagi,"
katanya.
Teka-teki Petrus akhirnya diungkap sendiri oleh Presiden
Soeharto. Presiden Soeharto secara terbuka mengakui petrus memang dibuat untuk
membuat para penjahat takut.
Soeharto muak melihat orang tua dirampok lalu dibunuh. Ada
juga istri dirampok dan diperkosa di depan suaminya.
"Itu sudah keterlaluan! Apa hal itu mau didiamkan
saja? Dengan sendirinya kita harus mengadakan treatment, tindakan tegas.
Tindakan tegas bagaimana? Ya, harus dengan kekerasan. Tetapi kekerasan itu
bukan lantas dengan tembakan, dor! dor! begitu saja. Bukan! Tetapi yang melawan
ya, mau tidak mau ditembak. Karena melawan, maka mereka ditembak," kata
Soeharto dalam buku biografinya yang ditulis Ramadhan KH dan G Dwipayana.
Lalu untuk shock theraphy, sengaja mayatnya dibuang agar
jadi tontonan dan membuat preman lain keder.
"Supaya orang banyak mengerti bahwa terhadap perbuatan
jahat masih ada yang bisa bertindak dan mengatasinya. Tindakan ini dilakukan
supaya bisa menumpas semua kejahatan yang sudah melampaui batas kemanusiaan
itu," beber Soeharto.
Petrus terbukti efektif meredakan kejahatan para preman
itu.
Komnas HAM mencatat ada 2.000 korban selama petrus
gentayangan. Sumber lain menyebut korban petrus mencapai 10.000 orang. Tahun
2012, Komnas HAM menyimpulkan petrus adalah pelanggaran HAM berat.
Bagaimana Komentar Anda tentang Sosok Petrus?
Haruskah petrus ada di era seperti ini?
Baca Juga
Sumber:merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar